
Penulis : Kaleksanan Ilham Hakqi Massani
Rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Mazro'atul Lughoh berlangsung meriah selama dua hari berturut‑turut, 21–22 Oktober 2025. Kegiatan yang digagas oleh panitia bersama unsur pesantren dan organisasi keagamaan setempat ini dirancang untuk menguatkan nilai keagamaan, menumbuhkan semangat kebersamaan antar‑santri, serta menjadi wadah pengembangan bakat baca Al‑Qur’an dan seni religi. Seluruh rangkaian acara berjalan dinamis dengan antusiasme tinggi dari peserta, pendamping pesantren, dan masyarakat umum yang hadir.
Pada hari pertama, 21 Oktober 2025, panitia menggelar serangkaian lomba keagamaan yang meliputi Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ), lomba Qori/Qoriah, dan lomba Adzan. Lomba dilaksanakan dalam beberapa sesi agar setiap peserta mendapat kesempatan tampil optimal; dewan juri yang terdiri dari tokoh pengajar Al‑Qur’an dan qari berpengalaman menilai berdasarkan ketepatan tajwid, kelancaran hafalan, kualitas suara, serta penghayatan bacaan. Suasana di lokasi lomba tampak khidmat namun penuh semangat, dengan pendamping dari pesantren yang memberikan dukungan moral kepada para peserta.
Puncak kegiatan pada 22 Oktober 2025 dimulai dengan apel pagi yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama se‑Kabupaten Pare. Upacara tersebut dihadiri oleh pengurus NU, pimpinan pesantren, tokoh masyarakat, serta perwakilan santri dari berbagai pesantren. Rangkaian upacara berjalan khidmat, diawali pembacaan doa bersama, sambutan singkat dari panitia, dan pembacaan amanat yang menekankan pentingnya peran santri dalam menjaga tradisi keagamaan serta kontribusi mereka bagi kehidupan sosial di lingkungan setempat.
Siang harinya, lomba Musabaqah Fahmil Qur’an (MFQ) menjadi ajang unjuk kemampuan pemahaman teks Al‑Qur’an bagi para peserta. Pertanyaan‑pertanyaan yang diajukan mencakup tafsir ringkas, konteks ayat, dan aplikasi nilai‑nilai Al‑Qur’an dalam kehidupan sehari‑hari. Penonton yang hadir memberikan dukungan hangat, sementara dewan juri mencatat beberapa penampilan yang menonjol karena ketepatan jawaban dan ketenangan saat menjawab.
Malam hari menjadi momen hiburan religius dengan digelarnya lomba Nasyid. Beberapa grup nasyid dari kelompok santri menampilkan repertoar lagu‑lagu religi yang dikemas dengan aransemen vokal dan harmonisasi yang rapi. Penampilan‑penampilan tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan spiritual yang relevan bagi generasi muda.
Acara malam juga diwarnai sambutan dari Abi Qomar yang memberi apresiasi atas inisiatif kegiatan dan mengingatkan pentingnya membina karakter santri melalui kegiatan positif seperti ini. Setelah seluruh penampilan selesai, panitia melakukan penilaian akhir dan pengumuman pemenang berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Penyerahan hadiah dilakukan secara resmi dengan suasana hangat; para pemenang menerima tropi, sertifikat, dan hadiah pembinaan yang diharapkan dapat mendorong pengembangan kemampuan mereka lebih lanjut. Selain penghargaan bagi pemenang, panitia juga memberikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta, juri, dan pihak yang mendukung terselenggaranya acara.
Dalam evaluasi singkat yang disampaikan panitia, penyelenggaraan dinilai berhasil mencapai tujuan utama, yakni mempererat silaturahmi antar pesantren dan menghidupkan semangat keagamaan di kalangan santri. Panitia mencatat beberapa catatan teknis, antara lain kebutuhan penataan waktu antar sesi agar lebih efisien, peningkatan kualitas sound system untuk acara malam, serta penambahan fasilitas pendukung bagi peserta dari luar daerah. Rekomendasi perbaikan ini akan menjadi bahan pembenahan untuk penyelenggaraan kegiatan serupa di masa mendatang. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak; tokoh pesantren menilai lomba‑lomba keagamaan seperti MHQ, MFQ, dan Nasyid efektif sebagai sarana pembinaan sekaligus kompetisi sehat antar santri. Masyarakat setempat menyambut baik karena acara turut menghadirkan suasana religius yang inklusif dan mendukung pembentukan karakter generasi muda. Panitia berharap momentum Hari Santri 2025 ini menjadi titik tolak bagi program pembinaan berkelanjutan yang melibatkan lebih banyak pesantren dan komunitas di Kabupaten Pare.



