Penulis : Khoirun Nisa'
Penerimaan Santri Baru Tahun Ajaran 2025/2026 di Pondok Pesantren Mazroatul Lughoh berjalan lancar. Pada tahun ini diterima sebanyak 30 santri baru dari asrama putra dan putri, meliputi jenjang MTs dan MA. Proses administrasi dan alur PSB dilaksanakan sesuai jadwal sehingga transisi santri menuju lingkungan pembelajaran pesantren dan formal berlangsung tertib dan terorganisir. Dalam rangka pengenalan dan pembinaan awal, diselenggarakan pertemuan wali santri yang dipimpin oleh Abi Qomar. Abi Qomar membuka acara dengan sambutan perdana kepada wali santri serta menegaskan pentingnya sinergi antara peran guru, peran orang tua, dan semangat belajar santri itu sendiri sebagai prasyarat utama tercapainya keberhasilan pendidikan.
Pada kesempatan tersebut juga diberikan penegasan tentang arah dan struktur kurikulum Pondok Pesantren Mazroatul Lughoh. Pondok Pesantren Mazroatul Lughoh mengintegrasikan pendidikan pesantren dengan pendidikan formal; setiap santri akan menempuh pendidikan formal melalui MTs Al-Qur'an Sejahtera atau MA Sejahtera. Sistem ini memungkinkan proses habituasi ibadah, wirid, dan pembinaan moral berlangsung bersama kegiatan akademik formal sehingga pembentukan karakter dapat terjadi secara berkelanjutan. Santri yang sudah lulus dari jalur formal tetap diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam kegiatan pesantren. Sebagai kekhasan, pesantren memiliki tiga program akselerasi unggulan: Akselerasi Tahfidh, Akselerasi Bahasa Inggris, dan Akselerasi Kitab.
Setiap santri memilih satu program untuk diikuti selama satu tahun ajaran. Untuk jenjang MTs, pilihan program akselerasi dibatasi pada Tahfidh. Santri yang tidak sedang menempuh pendidikan formal serta santri lulusan dapat memilih salah satu dari ketiga program tersebut sesuai minat dan tujuan pengembangan pribadi. Pembagian waktu belajar dirancang untuk memberikan fokus intensif pada pengembangan kompetensi terpilih: 80% waktu dialokasikan untuk program akselerasi pilihan, 10% untuk pelajaran Tahfidh dan Bahasa Inggris, serta 10% untuk kegiatan pendidikan formal. Model alokasi waktu ini dimaksudkan agar santri dapat mengembangkan kedalaman keterampilan spiritual atau akademik tanpa mengabaikan keseimbangan antara penguatan agama, penguasaan kitab kuning, dan kemampuan berbahasa yang relevan dengan tuntutan zaman.
Dasar filosofis dan praktis kurikulum ini berakar pada kebutuhan pembentukan karakter yang memerlukan proses habituasi lebih panjang, sekaligus pada kebutuhan untuk menyiapkan lulusan yang tidak hanya kuat secara spiritual tetapi juga memiliki keterampilan komunikasi dan pemikiran analitis untuk berkontribusi di masyarakat lokal dan internasional. Keputusan menempatkan program bahasa sebagai pilar kurikulum memanfaatkan ekosistem lokal Kampung Inggris Pare dan pengalaman pendiri dalam lembaga kursus bahasa untuk mempercepat penguasaan komunikatif. Pendekatan yang humanis dalam disiplin dan keterlibatan keluarga diharapkan memperkuat efektivitas pembinaan, sehingga antara pondok dan orang tua terjalin koreksi dan dukungan yang berkelanjutan.
