Sejarah Pondok
Pondok Pesantren Mazroatul Lughoh lahir dari perjalanan panjang KH. Moh. Qomar, M.Pd.i yang menggabungkan pengalaman kepesantrenan dan pendidikan bahasa; berdiri resmi pada 2015, dengan visi menghasilkan santri yang shalih, pintar, dan mandiri melalui integrasi tahfidz, kitab kuning, dan penguasaan bahasa asing. Kisahnya bermula dari aktivitas pendidikan bahasa yang digagas sejak akhir 1990‑an: Darul Abidin English Club (1999-2003), berlanjut ke ABC English Course (2003) dan berkembang menjadi Genta (2003-Sekarang)—semua itu menjadi laboratorium praktik yang memadukan nuansa pesantren dengan pengajaran bahasa.
Dari pengalaman mengelola lembaga kursus inilah muncul kesadaran bahwa pembentukan karakter membutuhkan ruang dan durasi yang lebih intensif, sehingga pada 2007 didirikan Madrasah Aliyah Sejahtera bersama Bapak Ahmad Ruba Besari sebagai langkah transisi menuju model pendidikan yang lebih holistik. Perjalanan ini berpuncak pada pendirian pondok yang diberi nama Mazroatul Lughoh sebagai wujud konkret visi tersebut. Visi pendiri menempatkan Al‑Qur’an sebagai pusat pembentukan karakter, dengan target agar santri menguasai 30 juz sejak masa SMP/MTs sehingga memasuki jenjang lanjut mereka sudah memiliki benteng moral Qurani.
Selain tahfidz, kurikulum pesantren mengintegrasikan kitab kuning (tradisi pesantren NU) dan penguasaan bahasa asing—terutama bahasa Inggris, namun juga membuka jalur pengembangan Mandarin dan Korea—sehingga lulusan tidak hanya religius tetapi juga kompeten secara komunikasi internasional. Model ini memberi kebebasan pilihan program: santri dapat memilih fokus utama (mis. porsi 80% untuk Al‑Qur’an, atau 80% untuk kitab kuning, atau fokus bahasa), sehingga pendidikan menjadi adaptif terhadap bakat dan tujuan masing‑masing santri.
Dalam praktik sehari‑hari, Mazroatul Lughoh menekankan pendampingan 24 jam dan pembiasaan ibadah serta wirid; disiplin diterapkan secara humanis—kesalahan ditanggapi dengan tugas edukatif seperti menulis Al‑Qur’an atau memperbanyak istighfar, bukan hukuman fisik—sebuah pendekatan yang oleh pengasuh disebut sebagai “pondoknya manusia”. Keterlibatan orang tua, pengasuh, guru, dan kepala sekolah dipandang krusial: ketika ada masalah, koreksi dilakukan secara terintegrasi antara pondok dan keluarga sehingga proses pembinaan menjadi berkelanjutan dan penuh dukungan.
Secara kelembagaan, pesantren memosisikan diri sebagai “Pondok Pesantren Bahasa yang Terintegrasi”, menonjolkan metode Fokus & Habituasi yang memudahkan hafalan Al‑Qur’an, pembelajaran kitab kuning, dan penguasaan bahasa Inggris—lokasinya strategis di Kampung Inggris, Pare, Kediri, yang mendukung akses ke ekosistem pembelajaran bahasa dan kewirausahaan. Branding dan penegasan tujuan ini juga disampaikan langsung oleh pengasuh dalam berbagai sambutan publik, menegaskan komitmen pada integrasi tahfidz, kitab salaf, dan bahasa sebagai pilar utama pesantren.
Saat ini jaringan pendidikan yang dibangun Abi Qomar membentuk sebuah integrated pipeline yang memungkinkan kesinambungan pembinaan karakter dan kompetensi sejak usia dini hingga jenjang menengah dan vokasi: dari Sekolah Dasar BPPI Cokroaminoto Excellent Class Pare Kediri yang menanamkan kebiasaan ibadah, penguasaan bahasa Inggris dasar, dan karakter Qurani sejak kelas rendah sehingga pada kelas tiga anak sudah menunjukkan kemandirian spiritual dan bahasa; berlanjut ke SMP Islam Sejahtera Badas atau Mts Al-Qur’an Sejahtera yang memperkuat fondasi akhlak, hafalan awal, dan keterampilan akademik; dilanjutkan ke MA Sejahtera yang menggabungkan pendalaman kitab kuning, penguasaan ilmu alat, dan persiapan akademik lanjutan; sementara Genta English Course tetap berfungsi sebagai pusat bahasa yang menyediakan lingkungan English Area, program intensif, dan akses ke ekosistem Kampung Inggris Pare untuk memperluas kemampuan komunikasi internasional.
Warisan yang diupayakan adalah generasi yang membahagiakan orang tua, mampu berkontribusi sosial melalui ilmu dan harta, serta meninggalkan jejak kebaikan yang berkelanjutan. Dengan kronologi yang jelas, kurikulum yang fleksibel, dan praktik disiplin yang humanis, Mazroatul Lughoh tampil sebagai model pendidikan pesantren kontemporer yang menggabungkan tradisi dan kebutuhan global.
